TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengungkapkan Indonesia saat ini telah siap memasuki era indusrti Digital atau Revolusi Industri 4.0. Klaim itu, kata Airlangga, didukung oleh berbagai faktor, seperti misalnya bisnis startup di Indonesia menjadi yang terbesar di ASEAN, peluang pengembangan ekonomi melalui bonus demografi, dan peningkatan jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia.
“E-Commerce merupakan bagian dari ekonomi digital yang menjadi subbagian dari Revolusi Industri 4.0. Jadi, tidak hanya otomatisasi, sekarang mesin sudah bisa komunikasi dengan internet of everything,” ujar Airlangga seperti dikutip dari siaran pers Kementerian Perindustrian, Kamis, 22 Februari 2018.
Baca:'Silicon Valley' Yogyakarta Ditargetkan Serap Ribuan Pekerja
Ia menjelaskan, Indonesia harus siap menuju industri berbasis digital karena negara-negara lain di dunia juga banyak yang sudah mulai mengimplementasikannya. Menurut dia, dengan modal beberapa startup unggulan dan punya pasar yang sangat besar di ASEAN, Indonesia memiliki modal untuk memulai industri berbasis digital itu.
Kemenperin tengah memprioritaskan pengembangan di lima sektor industri nasional yang akan menjadi percontohan dalam implementasi sistem Industry 4.0, yakni indutri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, otomotif, elektronik, dan kimia. Kelima sektor tersebut diharapkan mampu menjadi light house dan mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Erlangga mengaku pihaknya juga terus berkoordinasi dengan seluruh stakeholders untuk menyusun roadmap Industry 4.0 dan kegiatan sosialisasinya.
Modal lain yang dimiliki Indonesia untuk menuju era industri berbasis digital adalah bonus demografi. Pada tahun 2030, jumlah penduduk usia produktif diperkirakan di atas 60 persen, dengan kontribusi sebesar 27 persen di antaranya adalah generasi muda yang berpotensi menjadi wirausaha industri baru.
Selain itu, terjadi peningkatan jumlah kelas menengah. Sebanyak 135 juta penduduk diproyeksi akan memiliki penghasilan bersih di atas kisaran USD3.600 tahun 2030 dan menjadi konsumen dominan e Commerce. “Apalagi, seiring perkembangan gaya hidup digital, internet telah menjangkau 52,8 persen dari populasi Indonesia,” kata Airlangga.
Bahkan, terdapat pula peningkatan permintaan di pasar global, terutama produk berbasis media dan informasi teknologi (IT). Bahkan, perusahaan IT memiliki market capital besar. Saat ini, di ASEAN ada sekitar tujuh unicorn atau perusahaan startup besar, dan empat di antaranya adalah dari Indonesia.
Agar transformasi dunia industri itu berjalan mulus, Airlangga menjelaskan pemerintah tengah menyiapkan berbagai program dan kebijakan yang dapat mendukung pelaksanaan ekonomi digital. Misalnya yang terkait pendanaan, perpajakan, perlindungan konsumen, pendidikan dan sumber daya manusia, sistem logistik, infrastruktur komunikasi, keamanan siber, hingga pembentukan manajemen pelaksanaan.
Pembangunan infrastruktur seperti jaringan internet menjadi faktor penting untuk memenangkan persaingan global. Salah satu upaya yang dilakukan yakni dengan meningkatkan investasi di satelit Palapa. “Kebutuhan fiber optik terkait dengan perluasan bandwidth, itu kan termasuk infrastruktur. Karena itu, kami telah meminta kepada Kementerian Kominfo agar untuk industri kecil dan menengah (IKM) disiapkan bandwidth lebih besar," ujarnya.
Baca berita lainnya tentang digital di Tempo.co.